Sabtu, 01 Juni 2013

Guru adalah Sutradara dalam Proses Belajar Mengajar


Guru adalah Sutradara dalam Proses Belajar Mengajar

 

Globalisasi telah menimbulkan kaburnya batas-batas antar negara, sehingga dunia menjadi terbuka dan transparan, yang oleh Kenichi Ohmae disebut sebagai The Bordeless World atau disebut Desa Dunia oleh Marshall Mc. Luhan.

Globalisasi terjadi antara lain disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi (Iptek) terutama Teknologi Informasi (TI) yang semakin hari semakin pesat perkembangannya, sehingga menuntut perubahan mendasar dalam berbagai bidang kehidupan, ekonomi, politik,sosial, budaya dan termasuk bidang pendidikan.

Dalam buku Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Sudirjanto, 1999 menyatakan bahwa sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah yang memiliki kemampuan menguasai, menerapkan dan mengembangkan Iptek serta daya saing yang tinggi. Manusia yang demikian hanya dapat dikembangkan melalui sistem pendidikan yang dapat merangsang dan menantang otak, menyentuh dan menggerakkan qolbu, serta mampu mendorong dan membangkitkan nafsu peserta didik untuk melakukan tindakan nyata berdasarkan pengetahuan dan keyakinan akan kebenaran yang dikuasainya dengan penuh tanggung jawab.

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukakannya, sebagian siswa bisa belajar dengan baik dengan menuliskan apa yang dikatakan gurunya, sebagian siswa lebih mudah belajar dalam keadaan diam, tenang dan jangan teganggu oleh kebisingan.

Peserta didik visual berbeda dengan peserta didik auditori yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dilakukan oleh guru. Kemusdian, peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsif, semau gue dan kurang sabaran. Selama pelajaran berlangsung, mereka mungkin saja gelisah, bosan karena tidak leluasa bergerak. Peserta didik merasakan selama pelajaran berlangsung merupakan sebuah penyiksaan bagi mereka.

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan semangat peserta didik dalam mempelajari suatu pelajaran, guru harus menggunakan pengajaran bervariasi. Menurut Grinder (1991), bahwa dari 30 jumlah siswa 22 orang diantaranya rata-rata dapat belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik. Namun 8 siswa diantaranya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya.(Active Learning, Melvin L. Silberman, 2006).

Sifat Ingin Tahu

Dalam kaitan ini, perangkat teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan lebih jauh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di ruang kelas dengan memodifikasi ke dalam kurikulum yang ada. Guru menjadi sutradara untuk memodifikasi pembelajaran yang kreatif dalam pembelajaran.

Upaya-upaya ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah, melakukan pembelajaran dengan berbasis IT dan internet, sistem moving class diharapkan dapat meng hilangkan kejenuhan siswa dalam belajar.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (selanjutnya disingkat ICT) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di ruang kelas dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kurikulum yang ada. Peran guru menjadi sangat penting sebagai sutradara dalam proses belajar-mengajar dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas.

Pengetahuan guru dituntut dapat menguasai penggunaan Tehnologi Informasi dengan baik, guru juga harus mampu mendesain metode pengajaran yang inivati, yang berpusat kepada siswa (learner center), membuat siswa lebih aktif dalam bertanya dan menggunakan ide dan gagasan serta membawa siswa kedalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, membuat siswa lebih kreatif.

Disamping itu, dengan belajar memanfaatkan TI dan internet membuat siswa menumbuhkembangkan sifat ingin tahu semakin tinggi, raung kelas yang tertata dengan baik menghadirkan suasana ruang kelas yang lebih menyenangkan sehingga siswa makin senang untuk belajar.

Kita semua tahu, bahwa perkembangan ICT begitu cepat sehingga berdampak pada berbagai sendi kehidupan manusia. Dalam memasuki era globalisasi saat ini lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan perubahan yang ada.

Bahkan, dampak dari globalisasi telah mengakibatkan terjadinya persaingan di dalam dunia pendidikan maupun pasar tenaga kerja. Untuk mempersiapkan mutu pendidikan yang bermoralitas dan berkualitas tinggi, proses pencapaiannya ditentukan oleh salah satu indikator penting yaitu media komunikasi. Media komunikasi dalam pendidikan merupakan salah satu bentuk alat dan sumber belajar yang digunakan untuk membantu memperlancar proses belajar mengajar. Sumber belajar dimaksud meliputi buku-buku, majalah, manusia, perpustakaan, laboratorium dan ICT seperti internet dan pendukung lainnya.

Sebebarnya, ada lima prespektif yang bisa dilihat dari ICT dalam perannya sebagai media pembelajaran (Cark, 1996 dalam Ebersole, 200) yaitu: 1). Media sebagai teknologi, 2). Media sebagai alat atau tutor atau guru, 3). Media sebagai agen sosialisasi, 4). Media sebagai motivator untuk belajar dan 5). Media sebagai alat mental untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Secara umum, penggunaan ICT dalam pendidikan dideskripsikan sebagai berikut; Pertama, ICT sebagai objek pembelajaran yang kebanyakan terorganisir dalam kursus-kursus spesial. Apa yang dipelajari tergantung pada bentuk pendidikan dan level siswa. Pendidikan ini mempersiapkan siswa untuk menggunakan ICT dalam pendidikan, keterampilan masa depan dan dalam kehidupan sosial.

Kedua, ICT sebagai alat bantu (tool) yaitu digunakan sebagai alat, misalnya ketika membuat tugas-tugas, mengumpulkan data dan dokumentasi serta melaksanakan penelitian. Umumnya ICT digunakan dalam memecahkan permasalahan secara independen.

Ketiga, ICT sebagai medium proses pembelajaran dimana guru dapat mengajar dan murid dapat belajar.

Sangat Harmonis

Penerapan teknologi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan proses penetapan tujuan dengan menyediakan perangkat/alat komunikasi dan pengorganisir yang membuat hal ini menjadi mudah untuk dijelaskan dan dikomunikasikan kepada guru, siswa dan orang tua siswa. Guru adapat menggunakan berbagai perangkat teknologi informasi untuk penetapan tujuan, seperti tabel KWHL (Know, What, How and Learn).

KWHL dapat dipergunakan untuk mengorganisasikan dan mengkomunikasikan penetapan tujuan kepada para siswa, guru lain maupun kepada orang tua siswa. Guru dapat memanfaatkan perangkat web yang tersedia di internet. Segala pelajaran tersedia di internet misalnya dalam bentuk power point, word, animasi dan lain-lain.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan ini, penerapannya telah diujicoba di SMP St. Yoseph Pemuda Medan sejak Tahun Pelajaran (TP) 2005/2006 (menerapkan moving class) dan di TP 2008/2009 sudah mulai melengkapi metode moving class yang digabungkan dengan pembelajaran berbasis ICT dan Internet. Sistem moving class adalah salah satu sistem pembelajaran yang dimana setiap guru mata pelajaran sudah siap mengajar di ruang kelas yang telah ditentukan sesuai mata pelajaran yang diemban, sehingga saat pergantian pelajaran, bukan guru yang datang ke kelas siswa namun siswa yang datang ke kelas guru.

Dalam sistem moving class ini, siswa dan guru harus bisa menggunakan waktu belajar mengajar sebaik mungkin. Dengan cara ini, hubungan antara guru dan siswa terbina sangat harmonis serta serasi. Untuk menghindari penggunaan waktu tidak efektif dalam perpindahan kelas, guru piket ikut mengawasi dan memperhatikan siswa sewaktu berpindah ruang belajar.

Semakin Terampil

Dari penerapan tersebut, pembelajaran berbasis ICT dan Internet serta moving class memberikan manfaat yang multikompleks, antara lain memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternatif. Siswa dapat memperjelas atau memperdalam materi yang telah disampaikan guru dalam kelas. Proses belajar lebih menarik bagi siswa karena disertai gambar dan animasi yang menarik, cara belajar lebih efisien.

Kemudian, materi pelajaran tidak sebatas menggunakan buku pintar yang dipakai siswa di sekolah, siswa juga bisa belajar secara individual atau berkelompok tanpa didampingi oleh guru. Siswa semakin terampil menggunakan komputer, wawasan guru dan siswa menjadi lebih luas. Upaya ini juga mendorong siswa belajar sendiri dengan cepat, sehingga meningkatkan pengetahuan, belajar berinteraksi dan mengembangkan pengetahuan di bidang penelitian serta dapat memperkaya diri siswa dalam meningkatkan komunikasi dengan siswa lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada sesama siswa di sekolah lainnya.

Penerapan sistem pembelajaran berbasis ICT dan moving class tidak lantas berjalan dengan mulus. Ada banyak kendala yang dihadapi dalam penerapannya. Mulai dari persiapan sarana dan prasarana pendukungnya, SDM yang handal serta kesiapan guru dalam menerapkannya. Dalam hal inilah dituntut kreativitas seorang guru untuk pengaplikasiannya terhadap siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diemban oleh setiap guru. Guru juga harus siap menjadi sutradara dalam proses belajar mengajar di kelas. (Drs. Cawir Tarigan)

Tidak ada komentar: